Jumat, 09 Desember 2011

Film yang buat aku menangis

RESENSI FILM TURTLES CAN FLY


Directed by     :   Bahman Ghobaldi
Produced by    :   Babak Amini, Hamid Ghobadi, Hamid Ghavami, Bahman Ghobaldi
Written by       :   Bahman Ghobaldi
Starring           :   Soran Ebrahim (as Satellite)
    Avaz Latif (as Agrin)
    Hiresh Feysal Rahman (as Hengov)
    Abdol Rahman Karim (as Rega)
Distributed by :   IFC Films (USA)
Release date    :   September 10, 2004
Running time  :   95 min
Country           :  Iran
 Language       :  Kurdish

Barangkali banyak yang sudah melihat film ini. Bagi yang sudah melihat aku yakin akan sepakat denganku kalau film ini sangat mengharukan dan menyesakkan dada.
SINOPSIS
Menceritakan penderitaan anak-anak Suku Kurdi korban kekejaman tentara Saddam Hussein.  Film ini dibuat oleh orang Iran yang seorang Kurdi, bersetting di Kamp Pengungsi Suku Kurdi di Perbatasan Irak-Turki.  Tokoh utamanya seorang anak laki-laki berusia 13 tahun bernama Satellite (Soran Ebrahim) yang terkenal dan berpengaruh di kalangan anak-anak. Dia terkenal karena dialah yg memimpin anak-anak itu  bekerja membersihkan ranjau darat  walaupun kadang-kadang dia membohongi mereka. Selain itu Satellite  juga dikenal piawai memasang instalasi antena radio dan televisi. Alat komunikasi itu begitu pentingnya karena mereka yang ada d kamp itu ingin memperoleh informasi tentang Saddam Hussein yang sangat mereka benci , George W Bush dan apakah perang akan terjadi.

Suatu ketika, saat ia memasang antena, seorang gadis muda menghampirnya. Gadis itu bernama Agrin, tokoh utama lainnya,  diperankan Avaz Latif,  meminta tali yang dia butuhkan.  Satellite jatuh cinta pada pandangan pertama (bumbu cinta tetap aja ada di film yang sebagian besar pemerannya anak-anak ini, hehehe). Agrin datang ke kamp itu dengan kakak laki-lakinya yang cacat bernama Hengov, yang kedua tangannya putus  akibat ranjau darat dan seorang bayi laki-laki, berusia 1 tahunan bernama Rega yang matanya buta.  

Agrin tidak pernah menanggapi perasaan Satellite.  Meskipun laki-laki itu selalu berusaha menunjukkan perhatiannya pada gadis itu, tidak saja dengan memberikan tali secara cuma-cuma tapi juga membacawakan gadis itu  air ke kamp pengungsiannya, memberinya masker anti gas beracun bahkan mengorbankan  dirinya hingga harus terkena ranjau darat saat menolong Rega bayi 1 tahun –an itu. Rupanya sikap dingin Agrin bukan tanpa alasan. Gadis kecil itu menyimpan derita luar biasa. Rega sebenarnya bukan adiknya, melainkan anak kandungnya buah dari perkosaan yang dilakukan tentara Saddam di sebuah kubangan sesaat setelah para tentara itu membunuh kedua orang tuanya.

Film ini syarat dengan adegan memilukan dan menguras air mata.  Bagaimana Hengov  yang cacat bekerja menjinakkan sekaligus membersihkan ranjau,  menggendong dengan cekatan Rega walaupun tanpa tangan bahkan berusaha menunjukkan rasa sayangnya pada bayi malang itu dengan segala keterbatasan dirinya.  Dikisahkan dalam film ini   Rega yang sangat cerdas, imut juga  lucu tidak memperoleh cinta ibunya karena ibunya depresi, trauma dan tertekan menanggung beban psikologis yang sangat berat akibat pelecehan seksual pada usianya yang masih kanak-kanak.

Dalam kekecewaan dan keputusasaannya, Agrin sering meminta Hengov untuk segera pergi dari tempat itu dan meninggalkan Rega sendirian di kamp itu dengan harapan seseorang akan menemukannya yg tentu saja ditolak oleh Hengov. Tidak berhenti sampai di situ,  Agrin yang putus asa dan tidak sanggup menanggung aib, hamil akibat perkosaan, berusaha membunuh anaknya itu dan bunuh diri setelahnya, tapi  upaya itu selalu gagal.

Sementara tentara AS telah datang dan berkeliaran dengan leluasa di tempat itu.  Hengov yang punya indra keenam mempunyai firasat yang tidak baik bahwa  telah terjadi sesuatu dengan Agrin dan Rega. Dia pun berlari kesana- kemari. Apakah ia akan menemukan adik kandung dan keponakan yang sangat disayanginya itu ?

Kelebihan
Dengan sangat bagus film ini menyampaikan pesan kemanusiaan bahwa anak-anaklah yang menjadi korban dalam setiap peperangan. Para pemerannya yang sangat menjiwai  seolah tidak sedang berakting melainkan sedang menjalani peran pada kehidupan nyata anak-anak pengungsi yang berjuang mempertaruhkan tubuh dan nyawa mereka membersihkan ranjau darat demi sekeping dinar yang tidak sebanding dengan perjuangan mereka.

Kekurangan
Film ini harusnya menjadi film anak-anak namun kurang mendidik untuk anak-anak karena bukannya semangat menjalani kehidupan dengan sabar yang ditunjukkan namun  justru keputusasaan yang ditonjolkan. Sisi keimanan dan kehidupan muslim yang indah yang seharusnya menjadi ciri khas budaya di Timur Tengah sama sekali tidak disentuh sehingga menjadikan film ini ‘gersang’ dan ‘hampa’ dari nilai-nilai religius.  Film ini juga seolah-olah mendukung invasi militer AS di Iraq yg ditunjukkan dengan adegan pasukan AS dari atas pesawat menyebarkan selebaran kalau AS penolong mereka telah datang.

*******
Melihat film seperti ini aku selalu berdoa suatu  hari nanti ada film serupa yang menunjukkan penderitaan rakyat Palestina. Biar mata dunia terbuka lebar bahwa telah terjadi kebiadaban terhadap manusia dan nilai-nilai kemanusiaan telah diinjak-injak di belahan lain bumi ini. Jika mereka sentimen terhadap agama setidaknya mereka tidak sentimen terhadap isu hak asasi manusia yang harus dijaga dan dihormati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar