Kamis, 01 Mei 2014

NOVEL BARUKU 'SENANDUNG CINTA DI LEMBAH PAPUA'

Novel ini kutulis dilatarbelakangi kerinduan akan Papua. Kini, setelah suamiku tidak lagi bertugas di sana, cara inilah yang paling efektif untuk mengobati kerinduan tentang Papua dengan menuliskannya. Satu lagi, aku selalu terpesona pada keindahan Papua. Siapapun yang pernah ke sana, pasti ingin kembali lagi ke sana.

Oh ya, mungkin ada pertanyaan, kisah pribadikah? hehehe, tentu saja ini fiksi. Berikut data buku secara lengkap.


Judul : Senandung Cinta di Lembah Papua
Penulis : Pujia Achmad
Penerbit : Quanta Islamic Books Elex Media - Kompas Gramedia Group
Terbit : Cetakan 1, April, 2014
ISBN : 9786020238975
Harga : Rp. 36.800,-

Sinopsis :
Berbekal cerita dari guru mengajinya tentang dakwah di Papua, Hasnah Nabila menerima perjodohan yang ditawarkan Bu Aisha, sang guru ngaji dengan pria mualaf Papua bernama Malik Zayan yang nama Papuanya Kotius. Akhirnya ia berangkat ke Mulia, di pegunungan Papua bagian tengah. Setelah sempat dihantui kekhawatiran tentang calon suaminya yang misterius, akhirnya Hasnah bisa bertemu dengan pria itu dan syok dibuatnya. Pria Papua itu sungguh tidak seperti yang dibayangkannya. Kenyataan apa sebenarnya yang didapati Hasnah di tanah Papua?
Kejutan demi kejutan menerpa kehidupan Hasnah. Ancaman perang antarsuku, kelaparan akibat hujan badai berkepanjangan yang menyebabkan pesawat pengangkut makanan tak bisa masuk ke Mulia. Hingga, hadirnya wanita lain yang membayangi pernikahannya dengan suaminya.
Dapatkah Hasnah bertahan menghadapi semuanya. Senandung Cinta di Lembah Papua adalah senandung cinta Hasnah yang diejanya dengan kesungguhan dan pengorbanan.
 
Yang penasaran......Ayo segera ke toko buku. Terbit 28 April 2014. Fresh from the oven. 

Rabu, 26 Maret 2014

Resensi Buku 7 Langkah Dahsyat Menggenggam Masa Depan



Judul Buku      : 7 Langkah Dahsyat Menggenggam Masa Depan
Penulis             : Dewa Eka Prayoga
Penerbit           : Media Pressindo
Cetakan 1        : 2013
Halaman          : 176 hal
ISBN               : 978-979-911-269-9


Resensi :

Kalau pada judulnya disebutkan Langkah Dahsyat, menurut saya kurang tepat. Yang tepat adalah Langkah SANGAT Dahsyat Menggenggam Masa Depan. Bagaimana tidak, saking sangat dahsyatnya buku ini menurut saya, setelah membacanya saya langsung punya mimpi : Pergi ke AMERIKA Tahun ini ! OK, sebelum saya bercerita, bagaimana saya bisa bermimpi seperti itu setelah membaca buku ini, saya akan mengulas  tentang isi buku ini.

Buku ini terdiri dari 7 Bab yaitu : Mindset Revolution, Bermimpi Tingkat Dewa, Berencana dengan Smart, Take Action, Asah Soft Skill, Fokus dan Berani Sukses.

Buku ini diawali dengan tips bagaimana mengubah mindset pada Bab Pertama. Ternyata kebanyakan orang masih memiliki penyakit mental yaitu Tidak punya goal/cita-cita, Mempunyai goal tapi ngawur mencapainya (menghalalkan segala cara), mengambil jalan pintas (short cut), terlalu cepat menyerah dan menghipnotis diri dengan kesuksesan semu (terlalu cepat berpuas diri dengan kesuksesan kecil). Mengubah mindset dapat dilakukan selalu berpikir positif diantaranya :
1.      Selalu percaya diri dan percaya Dia (Allah SWT)
2.      Selalu melihat yang terbaik (mengambil hikmah/pelajaran) dalam setiap kejadian
3.      Selalu melihat peluang dimana-mana
4.      Selalu fokus pada solusi
5.      Selalu memiliki hasrat untuk berbagi
6.      Selalu memiliki keuletan kerja yang tinggi
7.      Selalu bertanggung jawab terhadap kehidupan.
Selain berpikir positif, mengubah mindset harus dilakukan dengan Empowering belief. Yaitu sebuah keyakinan yang harus kita berdayakan agar menjadi motivasi kuat bagi kita untuk sukses dan tetap semangat. Contohnya : Saya memiliki banyak potensi yang dahsyat, saya pasti jadi pengusaha sukses, Allah akan selalu membimbing saya.

Bab Kedua yang membahas tentang impian, memberikan wawasan yang tak kalah menarik. Dalam bab ini dijelaskan bahwa impian adalah permohonan yang dibuat oleh hati, bukan oleh akal. Karenanya, ada dua syarat yang harus kita penuhi ketika  akan membuat sebuah impian, harus tidak masuk akal dan harus menantang untuk diraih (contoh menantang, jika hanya ingin menjadi dokter itu biasa, tapi ingin menjadi dokter spesialis kecantikan termuda di Indonesia, itu baru luar biasa). Contoh orang yang telah berhasil meraih mimpi adalah Bill Gates. Ia ditertawakan ketika bermimpi computer masuk rumah-rumah tahun 1970-an. Namun sekarang impian itu menjadi kenyataan dan dia menjadi bagian dari segelintir orang yang masuk daftar Orang terkaya di dunia. Impian juga mempengaruhi pola pikir. Apa pun impian kita akan menjadi kenyataan jika kita benar-benar yakin. Tekad yang kuat merupakan bagian tak perpisahkan dari mimpi karena dengan tekad kuat akan menjadikan kita memiliki cara ampuh untuk meraih mimpi itu. Impian juga berpengaruh terhadap alam bawah sadar. Pikiran bawah sadar yang berpengaruh 88% terhadap aktivitas keseharian kita, punya kekuatan paling dahsyat untuk mewujudkan impian kita.

Ada hal menarik dalam pembahasan bab ini yaitu tentang teori Law of Attraction atau hukum daya tarik. Teori yang muncul dari buku Rhonda Byrne berjudul The Secret sejalan dengan ajaran dalam Islam  yang telah ada sejak lama bahkan sebelum teori itu muncul. Telah ada hadist Rasulullah yang membahas tentang hal itu bahwa “Allah sama dengan persangkaan hamba-Nya”. Bunyi lengkap hadist tersebut sebagai berikut. Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata Rasulullah saw.bersabda: "Allah berfirman: 'Aku berada pada sangkaan hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam suatu kaum, maka Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya, dan jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkalmaka Aku mendekat padanya satu hasta, jika ia mendekat pada-Ku satu hasta maka Aku mendekat padanya satu depa, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari."

Dalam teori Law of Attrcation disebutkan like attract like, artinya sesuatu akan menarik sesuatu yang sama dengannya. Maksudnya begini, pikiran kita ibarat medan magnet, jika getaran frekuensi yang kita pancarkan merupakan getaran kesuksesan dan kebahagiaan, alam semesta akan mengatur kesuksesan dan kebahagiaan itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Sebaliknya, jika yang dipikirkan adalah marabahaya, maka kemungkinan besar hal itulah yang akan terjadi. Sama halnya jika kita berprasangka baik pada Allah bahwa Dia akan mewujudkan impian kita maka hal itulah yang akan terjadi, begitu juga apabila berpikir sebaliknya, hal itu pulalah yang akan terjadi.


Dalam bab ini juga dibahas bagaimana memberdayakan alam bawah sadar agar senantiasa termotivasi meraih mimpi. Diantaranya dengan relaksasi. Buku ini menjelaskan relaksasi dalam arti luas yang tidak hanya berarti meditasi tetapi lebih dari itu, yaitu melakukan aktivitas ibadah ritual seperti sholat, dzikir dan banyak berdoa kepada Allah SWT. Selain dengan relaksasi, memberdayakan alam bawah sadar  juga bisa dilakukan dengan afirmasi dan visualisasi. Afirmasi adalah pernyataan positif yang diucapkan berulang-ulang agar menjadi bagian dalam diri seseorang sesuai keinginan yang diugkapkan sepenuh hati. Adapun visualisasi dilakukan dengan berusaha memvisualisasikan impian itu. Gambaran sederhananya, menempel gambar yang sesuai impian pada dreamboard yang dilengkapi dengan empowering belief, taruh papan itu di dalam kamar dan tatap sesering mungkin.

Bab Ketiga menjelaskan tentang langkah selanjutnya setelah memiliki impian, yaitu menyusun rencana dengan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time Frame). Specific, dapat diuraikan dengan rinci dan jelas. Measurable, dapat diukur secara kuantitatif, baik dari segi keuangan maupun waktunya. Achievable memiliki kemungkinan untuk dicapai. Realistic, realistis, masuk akal, rasional, dan tidak mengada-ada. Time frame, bisa direncanakan waktu pencapaiannya. Dalam bab ini disertai dengan contoh kongkrit membuat perencanaan SMART itu seperti apa.

Bab Keempat adalah hal penting yang perlu dilakukan setelah memiliki rencana, yaitu Take Action !. Apa gunanya rencana besar kalau tidak diwujudkan dengan tindakan. Karena kekuatan terbesar terletak pada keinginan untuk melakukan. Selain memotivasi untuk segera bertindak (take action) atas impian kita, ada hal menarik pada bab ini, yaitu Keluar Dari Zona Nyaman. Zona nyaman adalah rutinitas keseharian yang membuat kita nyaman dan tidak maju. Untuk dapat TUMBUH dan BERKEMBANG, kita harus KELUAR DARI ZONA NYAMAN. Keluar dari Zona Nyaman adalah harga yang harus dibayar  untuk meraih mimpi. Sebagai contoh, bila biasa bangun jam 5 pagi, kedepan usahakan keluar dari Zona Nyaman dengan bangun jam 3 pagi, melakukan ibadah, memanjatkan doa, membaca buku dll untuk nilai tambah kita. Dalam bab ini kita juga diajari untuk ‘berpikir matematis’ tentang umur kita, berapa waktu produktif dan berapa waktu tidak produktif sepanjang hayat kita. Bila ingin sukses maka waktu produktif harus lebih besar daripada waktu tidak produktif.

Bab Kelima mengajak kita untuk mengasah Soft Skill. Dari hasil penelitian ternyata orang sukses berhasil memberdayakan soft skill-nya.  Soft skill sebenarnya adalah pengembangan konsep kecerdasan emosional. Soft skill diartikan sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan intra dan interpersonal. Diantaranya, hasrat atau semangat membara, berpengetahuan luas, kritis, kemampuan komunikasi dan mengembangkan diri dan orang lain, kreatif dan inovatif, bersikap positif, percaya diri, ramah, jiwa kepemimpinan, kejujuran/integritas, daya analitik, kemampuan bekerja sama, kemampuan berorganisasi dan lain-lain. Dan soft skill bisa diasah dengan banyak membaca buku.

Bab Keenam membahas tentang bagaimana meraih impian kita dengan fokus. Kenapa harus fokus, karena dengan fokus impian kita akan segera terwujud. 

Dan Bab Ketujuh memberi kita motivasi agar tetap berjuang dan tidak takut resiko karena kesuksesan kadang-kadang diawali dengan kegagalan terlebih dahulu. Banyak orang-orang besar yang awalnya gagal namun akhirnya ia tercatat dalam sejarah dunia sebagai orang sukses seperti Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Ludwig Van Beethoven, Louis Braille dan masih banyak lagi. Yang terpenting adalah memupuk mental juara dan memiliki komitmen untuk sukses.

Setelah membaca tuntas buku ini ada beberapa nilai plus buku ini yang saya tangkap. Buku ini memberi motivasi dengan cara yang elegan, manis, tidak menggurui tapi benar-benar mampu membakar semangat siapa saja yang membaca. Juga aplikatif karena disertai dengan kolom isian yang harus diisi pembaca agar dapat ‘memetakan’ posisi dan kondisi dirinya. Saya paling suka dengan istilah Keluar dari Zona Nyaman. Saya setuju bahwa Zona Nyaman membuat kita statis, nggak maju karena tidak ada tantangan dan tidak tertantang. Dengan membaca buku ini kita jadi sadar bahwa mungkin selama ini banyak waktu yang kita sia-siakan. Kalau ingin tidak mengulangi kesalahan itu maka sebaiknya setiap waktu luang kita manfaatkan untuk pengembangan diri, membaca buku, mengikuti pelatihan/training, menonton tontonan yang berkualitas dan mencari kesempatan belajar dengan orang yang expert di bidangnya.

Namun demikian saya menemukan beberapa hal yang masih perlu disempurnakan dalam buku ini. Diantaranya kesalahan ketik yang ada pada hal 38 dan 100. Hanya salah ketik biasa seperti : untuk ditulis utnuk, atau juga kesederhanaan ditulis kedeserhanaan, namun apabila bisa diperbaiki akan lebih baik karena sangat menyenangkan membaca buku tanpa kesalahan ketik.

Pada hal. 42 ada tabel tentang keyakinan yang menghambat dan resikonya yang harus diisi oleh pembaca. Alangkah baiknya jika sebelum pembaca diminta mengisi kolom diberikan contoh isiannya.

Selain itu ada banyak halaman kosong, yaitu hal 22, 26, 96, 126 dan 148. Mungkin maksudnya sebagai sekat atau pembatas, tapi kalau sudah terhitung halaman alangkah bagusnya jika diisi dengan quote-quote motivasi atau rangkuman hal sebelumnya sehingga tidak dibiarkan kosong.

Ada kalimat kurang pas pada hal. 50.
“Orang yang mencari alasan selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya tidak selesai, dan orang yang mencari keberhasilan selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya dapat terselesaikan. Menurut saya akan lebih pas kalau kata mengapa diganti bagaimana.

Dalam penghitungan Waktu Produktif, hanya ada dua kegiatan yang digolongkan waktu produktif adalah  bekerja, sekolah, beribadah dan  meningkatkan keahlian sementara yang lainnya seperti menonton televisi atau kegiatan lain disebut waktu tidak produktif. Menurut saya penghitungan ini tidak fair. Karena ibu rumah tangga yang melaksanakan pekerjaan rumah adalah melaksanakan waktu produktif karena statusnya sama dengan bekerja (coba aja jika tidak dilakukan  pasti harus memperkerjakan orang dan membayar, jadi kalau dilaksanakan sendiri kan sama halnya ybs juga bekerja?). Termasuk juga menonton televisi, kalau tontonannya berkualitas, kan bisa dikategorikan meningkatkan keahlian?.

Namun secara umum buku ini masuk kategori Recommended Book. Setelah membaca buku ini saya jadi ingin pergi ke Amerika tahun ini…hehehe. Ceritanya begini. Beberapa waktu lalu saya ditawari teman kantor untuk didaftarkan semacam short course atau internship itu, pokoknya perpaduan keduanya di Amerika. Setelah atasannya dan atasan saya berbicara, saya diijinkan ikut. Menurut pendapat mereka saya layak ikut (grafik kepercayaan diri langsung meningkat :P). Waktu mengisi aplikasi untuk ikut seleksi, saya hanya berpikir, diterima syukur, nggak juga gpp. Tapi sekarang saya berubah pikiran setelah membaca buku ini, Saya Harus Lulus Seleksi, Saya Yakin Saya Bisa Lulus Seleksi. Karena dengan begitu saya memiliki kesempatan menimba ilmu di Negeri Paman Sam. Saya ingin keluar dari Zona Nyaman PNS yang cenderung ogah-ogahan menimba ilmu, karena tanpa belajar juga  gaji akan naik dan naik pangkat jalan terus, hehehe. Itu saya, lalu bagaimana dengan Anda? Berpengaruhkah buku ini terhadap cara berpikir Anda? Buktikan!

 

Senin, 17 Maret 2014

PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA RESENSI NOVEL ‘TAKBIR RINDU DI ISTANBUL’



 Hi Guys… sudah nunggu pengumuman Pemenang Lomba Resensi Takbir Rindu di Istanbul yaaa…. Woke, berikut ini adalah hasil penilaian dari Tim Juri dari penerbit Puspa Swara. Mohon maaf agak terlambat dari yang dijadwalkan tanggal 15 Maret 2014, karena kesibukan Tim Juri. Oh ya, satu hal lagi, Resensi adalah ‘taste’ para Juri, jadi tidak bisa diganggu gugat hasilnya dan tidak menerima komplain. Harap maklum.

Keputusan Tim Juri Lomba Resensi Novel ‘Takbir Rindu di Istanbul’
Setelah melalui proses penilaian, berikut adalah pemenang Lomba Resensi Novel Takbir Rindu di Istanbul. Semua resensi bagus, namun ada beberapa yang mempunyai nilai lebih seperti kepintaran peresensi menemukan ‘pesan’ yang hendak disampaikan penulis dalam novel ini. Selain itu juga kepintaran merangkai kalimat dengan sangat menarik, tidak spoiler, mampu membuat pembaca resensi semakin penasaran untuk membaca langsung novelnya.  

Lima Orang Pemenang adalah sebagai berikut :

Kelima Pemenang di atas berhak atas Paket Buku dari Penerbit Puspa Swara.


Tim Juri (Penerbit Puspa Swara)

Yuni Harlinawati
Benedicta

Oh ya, selain lima nama di atas, ada 1 lagi pemenang Favourite pilihan penulis, yaitu :
Yang berhak memperoleh Paket menarik yaitu : Jilbab Rabbani  persembahan Rabbani Reshare Blitar, Voucher Diskon Percetakan 50% persembahan Avicena Zen, Bross Cantik Handmade persembahan Octaviani Nurhasanah dan Tupperware persembahan Triana Dewi.


Selamat yaaa kepada Para Pemenang. Bagi yang belum menang, jangan patah semangat ya. Semuanya bagus kok resensinya, tapi ya itu, Juri tetap harus memilih karena nggak mungkin semuanya menang kan?. Hehehe. Dan kami panitia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua peserta yang sudah turut serta mengikuti lomba resensi ini.

OK, kepada semua nama pemenang di atas diharapkan segera mengirimkan alamat lengkap dan nomor HP kepada saya via inbox FB Pujia Achmad. Terima Kasih.

Selasa, 21 Januari 2014

Bayiku Stress di Tempat Penitipan



 Aku hamil lagi ketika Faza berusia 15 bulan. Sudah terbayang betapa akan repotnya nanti. Senang campur sedih, senangnya diberi amanah lagi sama Allah SWT mumpung usiaku masih muda, sedih karena aku harus menghentikan asiku untuk kakaknya. Aku yang sejak awal ingin mengurus anak sendiri, tanpa pembantu rumah tangga, berpikir untuk menitipkan bayiku ketika dia lahir kelak setelah masa cutiku usai. Aku memang tidak ingin merepotkan Ibu yang menurutku sudah terlalu lama ‘menderita’ membesarkan anak-anaknya. Karena ibuku single parent dengan tiga orang anak dan aku anak kedua.

Begitu bayiku lahir, perempuan, kuberi nama Naura, aku sudah mempunyai gambaran tentang tempat penitipan yang akan kuhubungi kalau cuti persalinanku selesai. Namun ibuku tidak sampai hati melihat bayiku yang masih berusia 3 bulan dititipkan. Akhirnya beliau yang merawatnya, karena aku memang tidak memiliki Asisten Rumah Tangga. Sampai ketika bayiku berumur 6 bulan, aku merayu ibuku lagi untuk menitipkannya. Bukan apa-apa, kata adikku, yang tinggal serumah, Ibu sering mengeluh kecapekan. Aku menyadari semua itu, snagat menyadari, karena saat libur aku juga nyaris kurang tidur dan kurang istirahat karena urus bayi dan rumah, juga suami dan anakku yang lain.

Akhirnya bayiku kutitipkan. Aku memulai kerumitan baru. Karena pas berangkat, jam 7 pagi kurang 15 menit, semuanya harus dalam kondisi beres. Bayiku sudah mandi, bekal asinya siap, kakaknya juga sudah siap ke sekolah dengan bekal baju yang sudah disetrika dan bekal snack. Bekal makan pagi dan makan siang untukku dan untuk suamiku juga sudah harus siap. Kadang-kadang aku bangun jam 3 pagi saja aku masih terlambat datang ke kantor, walau hanya 5 atau 10 menit kan tetap saja terlambat. Biasanya hal itu disebabkan anakku rewel sehingga ‘proses menyelesaikan tugas pagi’ terhambat dan tertunda beberapa menit. Karena pengalaman itu jugalah aku bertekad agar aku tidak merepotkan ibuku, semua akan kuurus sendiri semampuku. Aku ingin ibuku menikmati masa tuanya de ngan beribadah dan tidak dibebani momong cucu. Dulu sebelum aku punya bayi, ibuku sering khatam Al Quran dalam waktu 5 hari, padahal kecepatan bacanya, ibarat orang naik sepeda motor 10 km per jam. Tapi aku melihat kebahagiaan di wajah ibuku ketika beliau punya waktu lebih banyak untuk beribadah. Setiap detik waktunya ia manfaatkan sebaik-baiknya untuk dzikir, baca Al Qur’an, mendengarkan video pengajian, sedikit tidur di malam hari, dan lebih banyak istirahat di siang hari. Aku ingin bisa memberi ibu waktu lebih banyak untuk beribadah dengan tidak membebaninya momong bayiku. Begitulah satu-satunya cara membuat ibuku bahagia, begitu pikirku. Namun yang terjadi tidak seperti yang kuharapkan. Satu minggu setelah dititipkan, bayiku sakit dan harus diopname di rumah sakit. Dia diare, dan kadang-kadang muntah.
           
Setelah bayiku opname, sudah bisa diduga dampaknya, ibuku melarangku menitipkan Naura di tempat penitipan. Akhirnya kembalilah ia dalam asuhan ibuku. Dan rutinitas ibuku sebelumnya yang membuatnya bahagia, beribadah, harus berganti dengan keribetan mengurus bayi. Iya aku sadar, bayiku adalah cucunya, tapi sungguh aku ingin bisa maksimal mengurusnya sendiri tanpa mengesampingkan pekerjaan dan rumah dan tanpa pembantu. Memang sangat idealis dan sedikit berlebihan, tapi itulah yang terus kuupayakan. Harus kuakui, bayiku sedikit montok dan bertambah pintar dalam asuhan neneknya yang selalu aktif mengajaknya bicara dan bercanda.

            Genap berusia 9 bulan, aku kembali merayu ibuku untuk menitipkan bayiku. Aku bujuk ibu agar merelakan Naura diasuh Bu Guru di tempat penitipan dengan kuajak ke rumah Bu Gurunya. Kupertemukan dengan guru pengasuhnya, apa yang diinginkan ibu dan apakah dia bisa memenuhinya. Setelah bertemu Bu Guru itu ibuku lalu mantap dan mengijinkan bayiku dititipkan kembali.

            Kali ini di luar dugaan. Bayiku rewel setiap kali mau berangkat ke tempat penitipan. Di tempat penitipan badannya panas. Dan sembuh ketika kubawa pulang. Ada perubahan drastis lainnya. Ia jarang mau tersenyum dan menatapku dengan tatapan yang aneh seakan marah padaku karena membiarkannya diasuh oleh orang yang tidak dikenalnya. Susah payah aku merayunya agar mau tersenyum. Kalaupun mau hanya sebentar lalu menatapku dengan tatapan orang asing. Hatiku seperti tertohok. Dia masih bayi tapi aku bisa melihat pesan kemarahan di matanya. Padahal baru tiga hari dia di tempat penitipan. Sepertinya perasaannya begitu menderita di tempat penitipan. Aku tahu Bu Guru pengasuhnya semua sabar dan sayang anak kecil, tapi dia sepertinya belum terbiasa diasuh orang lain, apalagi orang yang baru pertama kali dilihatnya. Hari keempat panasnya tinggi sehingga tidak kutitipkan. Ibuku tahu karena kebetulan sedang main ke rumah, rumah kami hanya berjarah 200 meter saja. Seperti sebelumnya kali ini Ibu memintaku agar berhenti berusaha menitipkannya. OK, aku mengiyakan dan konsekuensinya membiarkan ibuku merawatnya dengan himpitan perasaan tidak nyamanku, tapi tidak apa-apa, toh Ibuku juga neneknya dan anakku kelihatan snagat bahagia dalam asuhan orang yang dekat dengannya.

            Rupanya bayiku stress. Setelah tidak di tempat penitipan, dia tidak pernah panas di siang hari. Namun butuh waktu satu minggu untuk mengembalikan keceriaannya yang dulu. Rupanya waktu tiga hari di tempat penitipan membuatnya sangat tertekan dan tidak bahagia. Setelah satu minggu ia kembali menatapku dengan senyum dan tidak terlihat lagi tatapan marahnya. Alhamdulilah, ternyata masing-masing anak itu mempunyai keunikan dan pembawaannya sendiri. Bayiku rupanya tidak mau diasuh orang lain, ia maunya diasuh neneknya yang kusadari teramat sayang padanya. Namun ada pelajaran berharga yang bisa kuambil, mungkin lain kali kalau menitipkan bayi, beri dia waktu untuk mengenal orang yang mengasuhnya. Jadi tekniknya, titipkan perlahan-lahan, bertahap, misalnya hari ini 1 jam, besok 2 jam, lusa 3 jam, sampai ia benar-benar merasa nyaman dengan orang yang mengasuhnya.

Selasa, 14 Januari 2014

Istana yang beratapkan Taqwa



Suamiku, tahun ini tepat dua belas tahun usia pernikahan kita. Masih ingatkah engkau dua belas tahun lalu saat kau ucapkan ijab qabul. Kala itu aku masih belia, dan kau pemuda yang matang. Kalimatmu yang tanpa keraguan membuat hatiku terbuai indahnya angan tentang mahligai pernikahan yang indah. Dan kesungguhanmu meyakinkanku bahwa engkaulah jodoh yang dikirim Allah untuk menyempurnakan hidupku
Ibarat bahtera yang tengah mengarungi lautan biru, bahtera kita bukan tanpa gelombang. Masing-masing perahu yang berlayar memiliki ujiannya, dan kita berupaya melalui setiap ujian itu, dengan sikap arifmu, membimbingku yang kadang meledak-ledak, emosional dan jiwa remajaku yang butuh perhatianmu serta sikap kekanak-kanakanku yang tidak jarang menyebalkan.  Dan aku tempatmu mengadu setiap keluh kesahmu, resah dan gelisah dan tempatmu menambatkan rindu
Kini, kita telah dikaruniai buah hati yang lucu dan imut. Mereka mewarisi sebagian sikap baikmu, aku bahagia mereka jadi bagian terindah dalam bahtera yang kita bina. Terima kasih telah membawaku ke tempat ini, tempat yang dirindukan setiap wanita di dunia. Istana yang berdinding cinta dan kasih sayang, beratap ketaatan pada Illahi Robbi, berlantai setia dan saling percaya.
Aku bersyukur pada Illahi, yang telah menghadirkanmu dalam hidupku. Engkau adalah karunia terindah. Tetaplah bersabar denganku dan aku akan selalu setia mendampingimu dalam setiap detik kehidupan yang kita lalui bersama. Jadilah selalu awan yang melindungi si pipit yang terbang tinggi, jadilah selalu hujan yang menyirami tanah kering kerontang, jadilah selalu mentari yang membuat dedaunan tetap menghijau.  (Tulisan ini diikutkan Giveaway Buku Mbak Aida MA ‘Kusebut namamu dalam Ijab Qabul’, http://www.jarilentikyangmenari.blogspot.com/2013/12/ga-kusebut-namamu-dalam-ijab-dan-qabul.html)


Minggu, 12 Januari 2014

Lelaki yang Hadir dalam Mimpi Ibuku



           Ketika ada buku baru tentang penantian jodoh, jujur aku sangat ingin membacanya, karena boleh jadi itu adalah kegalauan yang pernah dirasakan hampir semua perempuan. Aku pun merasakan kegalauan yang sama ketika pria yang kupikir dia adalah jodohku, tiba-tiba melamar orang lain, setelah kami terlibat pembicaraan yang membuatnya tersinggung. Sebelum aku tahu ia telah melamar orang lain karena marah padaku, aku sudah sempat minta maaf.  Dan dia memaafkan. Tapi aku tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku ketika dia bilang dia telah melamar perempuan lain. Dia juga memperlihatkan foto gadis itu, manis, tinggi, berjilbab. OK, lalu aku sadar dia memang bukan jodohku. Aku pun kemudian berusaha melupakannya walaupun sangat shock.
Ternyata perjalanan berikutnya tidaklah mudah. Dia masih terus menggangguku, dan mengatakan telah melakukan kesalahan dengan melamar orang lain. Dia bilang di hatinya yang ada hanya aku, dia bahkan kesulitan menggantikan posisiku di hatinya dengan perempuan calon istrinya itu. Oo…begitu mudahnya bersilat lidah. ‘Lha memang apa yang kamu pikirkan ketika tiba-tiba kamu melamarnya’, batinku. Dia memintaku membantunya agar bisa mencintai perempuan itu. Gubraaakkk !!!. Aku yang marah dan  sakit hati campur aduk menolak mentah-mentah dan memilih pergi dari kehidupannya.
Rupanya dia juga pontang-panting berusaha melupakan aku. Dia bilang sering menangis menjelang hari pernikahannya, harusnya perempuan yang dinikahinya adalah aku, dan dia merasa sangat menderita. ‘Ya sudah jalan hidupmu kali’, batinku jengkel. Pada  H-1 pernikahannya, dia masih mencariku. Malam harinya dia datang ke rumahku padahal esok pagi ia harus menikah dengan perempuan itu di luar kota. Untung ibuku yang cerdas ‘menyembunyikanku’. Disuruhnya anak tetangga teman SMP-ku mengajakku pergi ke rumah saudaranya di luar kota. Seminggu aku di sana dan tanpa boleh membawa HP. Kemudian kusadari bahwa ibuku perempuan yang sangat matang dan tahu apa yang harus dilakukannya agar anak gadisnya tidak diganggu laki-laki yang sudah menikah. Belakangan kusadari bahwa apa yang dilakukan ibuku itu adalah hal yang sangat tepat dan bukti sayangnya padaku.
Setelah kisahku dengan pemuda itu, beberapa pria datang dalam hidupku. Dan diantara semuanya, ada dua pria yang begitu serius dan harus kupilih. Terus terang aku bingung karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Yang pertama, sebut saja Mas A. Dia tampan, gagah, agamanya bagus, tapi dia tidak mau kuliah, dia hanya SMA. Alasannya kalau kuliah dia harus bersedia dipindah oleh BUMN-nya ke seluruh Indonesia, dan dia tidak mau pindah.  Haduuhh..aku aja pingin S-3 di LN (cita-cita) masa suamiku hanya SMA. Yang kedua, sebut saja Mas B, bekerja di luar pulau (tapi ada kemungkinan pindah ke kotaku), orangnya biasa saja,  manis,  agamanya bagus, dari keluarga taat beragama, karier bagus dan tentu saja penghasilan juga bagus dengan latar belakang pendidikan yang sama denganku, S1 dan ia ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.  Meskipun aku cenderung pada Mas B, tapi aku masih bingung menentukan pilihan, karena kita sesunguhnya tidak tahu mana yang terbaik. Karena kebimbangan itu aku meminta ibu yang memilih. Aku yakin naluri Ibu tidak salah. Sebagaimana rasa kasih sayang yang pernah ditunjukkannya padaku sebelumnya.
Ketika Ibu berdoa dengan khusyuk untuk mendapatkan petunjuk terbaik dari Allah SWT, dua orang itu datang ke rumah dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Sebelum Mas A datang, ibuku bermimpi Mas A memberi ibuku pepaya. Lalu dibelah papaya itu, isinya di luar dugaan, kemenyan. Aku tidak tahu kaitan mimpi ibuku dengan kondisi riil, tapi aku sempat merasakan rasa menggebu-gebu yang tidak wajar. Ibu khawatir aku di-wiridi (dia berdzikir khusus agar hatiku cenderung padanya). Dan pada malam sebelum Mas B datang ke rumah, ibu bermimpi ada dua bulan dan dua matahari di atas rumahku. Begitulah, aku percaya mimpi ibuku, dan Insya Allah dia pilihan terbaik sepanjang masa, hehehe. Kami lalu menikah, dan kini kami dikarunia 3 buah hati yang lucu dan imut. Kuakui, ibuku tidak salah pilih, laki-laki yang diikuti rembulan dan matahari dalam mimpi Ibuku sekarang telah menjadi menantunya yang sangat sholeh. Semoga kami senantiasa menjadi keluarga sakinah, mawadah, dan rahmah. Aamiin. (Tulisan ini diikutkan Give Away Novel Perjanjian yang kuat karya Leyla Hana : http://www.leylahana.blogspot.com/2014/01/giveaway-novel-perjanjian-yang-kuat.html ).