Selasa, 14 Januari 2014

Istana yang beratapkan Taqwa



Suamiku, tahun ini tepat dua belas tahun usia pernikahan kita. Masih ingatkah engkau dua belas tahun lalu saat kau ucapkan ijab qabul. Kala itu aku masih belia, dan kau pemuda yang matang. Kalimatmu yang tanpa keraguan membuat hatiku terbuai indahnya angan tentang mahligai pernikahan yang indah. Dan kesungguhanmu meyakinkanku bahwa engkaulah jodoh yang dikirim Allah untuk menyempurnakan hidupku
Ibarat bahtera yang tengah mengarungi lautan biru, bahtera kita bukan tanpa gelombang. Masing-masing perahu yang berlayar memiliki ujiannya, dan kita berupaya melalui setiap ujian itu, dengan sikap arifmu, membimbingku yang kadang meledak-ledak, emosional dan jiwa remajaku yang butuh perhatianmu serta sikap kekanak-kanakanku yang tidak jarang menyebalkan.  Dan aku tempatmu mengadu setiap keluh kesahmu, resah dan gelisah dan tempatmu menambatkan rindu
Kini, kita telah dikaruniai buah hati yang lucu dan imut. Mereka mewarisi sebagian sikap baikmu, aku bahagia mereka jadi bagian terindah dalam bahtera yang kita bina. Terima kasih telah membawaku ke tempat ini, tempat yang dirindukan setiap wanita di dunia. Istana yang berdinding cinta dan kasih sayang, beratap ketaatan pada Illahi Robbi, berlantai setia dan saling percaya.
Aku bersyukur pada Illahi, yang telah menghadirkanmu dalam hidupku. Engkau adalah karunia terindah. Tetaplah bersabar denganku dan aku akan selalu setia mendampingimu dalam setiap detik kehidupan yang kita lalui bersama. Jadilah selalu awan yang melindungi si pipit yang terbang tinggi, jadilah selalu hujan yang menyirami tanah kering kerontang, jadilah selalu mentari yang membuat dedaunan tetap menghijau.  (Tulisan ini diikutkan Giveaway Buku Mbak Aida MA ‘Kusebut namamu dalam Ijab Qabul’, http://www.jarilentikyangmenari.blogspot.com/2013/12/ga-kusebut-namamu-dalam-ijab-dan-qabul.html)


2 komentar: